The Journey
Dari kecil, saya mempunyai dua
orang tua yang sangat menyayangi saya. Mereka selalu ingin memberikan yang
terbaik buat masa depannya anak-anaknya. Saya dituntut agar selalu menjadi yang
terbaik dan selalu disiplin. Contohnya dulu saya suka jalan sambil bungkuk dan
diseret, namun ayah saya mengharuskan saya untuk berjalan tegap dan tegak serta
melangkah dengan pasti dan diangkat. Karena kata ayah saya, seseorang
pribadinya dapat dinilai dari dia cara berjalan dan berbicara. Gaya berbicara, berjalan,
body language menafsirkan bagaimana cara kita berfikir.
Mulai remaja, saya tetap
dituntut untuk disiplin dan konsisten. Ini sangat membantu saya dalam membentuk
pribadi positive. Disini saya mulai mempunyai cita cita untuk menjadi pengusaha. Dulu saya
terinspirasi hanya karena ayah dan mama saya pebisnis. Lalu saya semakin
mengerti dengan seiringnya waktu, menjadi pebisnis bukan hanya pekerjaan. Tapi
bagaimana kita dapat mempengaruhi seseorang, dan memberikan pengaruh yang
positive agar seseorang terkena dampaknya. Menjadi pebisnis itu bukan hanya
berhasil sendiri, tapi bagaimana kita bisa mengajak teman-teman beserta orang
lain untuk ikut sukses dalam menjalani kehidupan.
Setelah UN berakhir, saya
diminta sama orang tua saya untuk memasuki dunia kedokteran dan masuk ke
Universitas Indonesia , tetapi saya menolaknya dengan tegas bahwa kedokteran
bukan passion saya selama ini. Saya sadar dari dulu saya hidup berdasarkan
permintaan orang tua, dituntut juara, masuk SMA Favorit, masuk jurusan IPA dan
segalanya berdasarkan kata-kata orang tua. Namun saya sadar bahwa kali ini saya
harus mencoba bicara dan memilih dengan baik masa depan saya. Dan Alhamdulillah
setelah pembicaraan yang cukup lama dan cukup memakan berhari-hari untuk
memasuki dunia business dan akhirnya saya dapat meluluhkan hati kedua orang tua
saya.
Esq Business School pertama kali
diperkenalkan oleh sahabat mama saya yang sudah saya anggap sebagai orang tua
saya juga. Dia adalah Tante venny atau dikenal sebagai Rekavenny Soerya, dia
adalah tetangga saya selama berbelas tahun selama saya dibatam. Saya juga
bersahabat dengan anaknya yang bernama Bidadari Mahardhika Respaty, tante venny
merekomendasikan bahwa kampus EBS sangat bagus, dan setelah saya berfikir
kampus ini memang cocok untuk saya yang memang belom mendapatkan spesifik
business saya.
Dan sekarang saya masuk ke Esq
Business School (EBS) itu karena memang niat saya dari awal. Saya tertarik
karena disini selain menjadi pebisnis yang sukses, disini kita dibentuk menjadi
pebisnis yang mempunyai tiga kepintaran. IQ, EQ, SQ yang pada dasarnya tidak
ada diajarkan oleh Universitas lain. Dari sini saya mengetahui, ternyata yang
mengambil alih kepintaran kita adalah SQ yang berpengaruh 80%-90%. Saya semakin
yakin bahwa berbisnis itu bukan hanya pekerjaan, itu adalah sebuah tanggung
jawab dalam menjadi pemimpin yang dapat menuntun dan mempengaruhi banyak orang
untuk maju bersama. Dari dulu saya sadar bahwa saya mempunyai potensial dalam
berbicara dan mempengaruhi, dan saya mempunyai passion untuk membangun
prusahaan yang dapat membantuk berates bahkan kepala keluarga untuk menjadi
keluarga yang sejahtera.
0 comments:
Post a Comment